Denpasar (Bisnis Bali) – Bank Indonesia (BI) memastikan dalam upaya mencegah peredaran uang palsu (upal) di masyarakat tidak hanya saat menjelang momen pemilihan kepala daerah (pilkada) semata. Bank sentral rutin turun ke lapangan untuk menekan munculnya dan peredaran upal meluas ke berbagai lini usaha di masyarakat.
Kepala Kantor Perwakilan BI Bali, Causa Iman Karana di Sanur, Rabu (10/1) kemarin mengatakan, adanya dugaan peredaran upal akan kian marak memanfaatkan momen pilkada sangat sulit dibuktikan kebenarannya.
Kendati demikian, BI sudah melakukan antisipasi sejak dini mencegah maraknya peredaran upal di masyarakat.
“Tim sudah turun ke berbagai daerah seperti Jembrana, Buleleng, Karangasem dan akan menyebar daerah lainnya untuk melakukan
sosialisasi keaslian uang rupiah. Harapannya masyarakat mengetahui ciri-ciri keaslian uang rupiah (cikur),” katanya.
Cik biasa ia disapa optimis peredaran upal akan bisa ditekan saat ajang pesta demokrasi lima tahunan ini, mengingat pihak Kepolisian pun
akan ikut turun tangan memberantas peredaran upal tersebut. Penemuan upal di Pulau Dewata pun trennya makin tahun kian menurun. Itu
terlihat dari total jumlah temuan upal sepanjang 2017 mencapai 4.730 lembar atau secara year on year mengalami penurunan dibandingkan
temuan pada 2016 mencapai 5.594 lembar dan pada 2015 mencapai 4.744 lembar.
“Upal sejatinya tidak ada nilainya sehingga tercatat hanya lembar yang ditemukan,” jelasnya. (dik)