Mangupura (Bisnis Bali) – Pabrik mini yang telah dibentuk Kelompok Tani Ternak (KTT) Panca Urip Mertasari Desa Mengwitani dan Kelompok Tani Ternak Manik Tirta Rahayu Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung per bulan bisa memproduksi 5 ribu ton pupuk organik padat (pupuk organik super petani Bali) dan 3 ribu liter pupuk cair (BIOMI). Dengan demikian, per bulan pabrik mini tersebut menghasilkan Rp 76 juta lebih.
Ir. I Gede Sutapa, M.P., dosen Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa selaku ketua tim pendampingan IbM (iptek bagi masyarakat) di kedua kelompok tani ternak tersebut mengatakan, dengan melakukan pengolahan kotoran ternak dapat bermanfaat dan memberi nilai ekonomis kepada anggota kelompok. “Produksi yang mereka lakukan tersebut masih sebatas mengolah kotoran dari 21 ekor sapi yang dimiliki kelompok saja dan tidak ada dari luar. Kalau pabrik mini ini dikembangkan, dengan mengolah kotoran ternak dari luar kelompok tentu produksinya akan makin besar dan pendapatan anggota otomatis akan meningkat,” paparnya.
Saat ini sudah ada 6 kelompok petani ternak yang tertarik untuk mengolah kotoran sapi, dan berada di bawah binaan Ir. I Gede Sutapa, M.P., selaku formulator dan pengawasan produk asosiasi petani dan produsen pupuk organik bali. “Sebelumnya kencing sapi dibiarkan saja oleh kelompok dan mengalir ke irigasi, karena mereka sempat mengolah dengan teknologi lain namun hasilnya tidak diminati petani akibat baunya yang tidak enak, sedangkan kotoran padatnya dijual mentah Rp 200 ribu per truk,” tukasnya.
Beberapa subak di Tabanan, Badung, Bangli dan Buleleng sudah memanfaatkan produk pupuk organik super petani Bali) dan pupuk cair BIOMI. “Untuk memperluas jaringan pasar, kami akan melakukan sosialisasi kepada petani sehingga mereka mengetahui keuntungan menggunakan pupuk organik yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Karena ini sangat penting dalam upaya mengembangkan pertanian berkelanjutan,” tandasnya. (pur)