Tabanan (Bisnis Bali) – Harga material bangunan utamanya pasir dan produk jadi lainnya harganya naik dua kali lipat menjelang erupsi Gunung Agung. Selain mengandalkan pasokan dari daerah Bangli, sebagian pengembang juga mengandalkan pasokan dari Banyuwangi, Jawa Timur. Menyikapi hal ini pengembang dituntut makin selektif mengembangkan proyek agar tak merugi. Demikian antara lain diungkapkan Owner Kharisma Properti, Bagio Utomo, Rabu (18/10) lalu.
Dikatakan, harga pasir pasca Gunung Agung eropsi menjadi naik dua kali lipat yang semula per truk Rp 1.5 juta sekrang menjadi Rp 3 juta termasuk juga harga batu mengikuti kenaikan. Jadi kalau pengembang membangun pada saat harga material naik otomatis hanya bs menunda pembangunan atau bs juga membangun dengan risiko mengurangi keuntungan bagi pengembang.
Pengembang asal Semarang ini juga memgatakan, kalau ke depan masih menunggu Gunung Agung aman dan menunggu tidak eropsi kondisi yang berkembang akan semakin lama berpengaruh pada pelaksanaan pembangunan sehingga untuk sementara waktu melakukann penundaan pembangunan sedangkan bagi nasabah yang sudah membayar uang muka atau KPR yang sudah di acc bank mau tidak mau harus dibangun sesuai dengan perjanjian antara user dan pengembang yang pasti jika dibangun dengan keadaan material naik bisa dipastikan pengembang bisa – bisa tidak beruntung atau untung sedikit. (gun)