Mangupura (Bisnis Bali) – Dalam masa perlambatan ekonomi 2017, ditambah status Awas Gunung Agung, bisa menjadi indikator penambahan kredit bermasalah (NPL) di bank perkreditan rakyat (BPR). Diharapkan, dalam menangani kredit bermasalah ini, BPR tetap dengan langkah persuasif.
Ketua DPD Perbarindo Bali, Gusti Ngurah Gede Budiawan, Rabu (18/10) mengatakan, perlambatan ekonomi ditambah dengan status Awas Gunung Agung, memicu pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini bisa berdampak pada pelemahan kemampuan debitur BPR dalam membayar angsuran kredit.
Direktur Utama BPR Adiartha ini menjelaskan, di tengah perlambatan ekonomi mendorong peningkatan NPL BPR. Rata-rata NPL BPR di Bali 2017 ini, sudah menginjak di atas 5 persen.
Ia memaparkan, BPR perlu mencari solusi yang tepat untuk menghadapi NPL tinggi. Di samping mengatasi NPL, BPR wajib menjaga portofolio BPR menjadi lebih baik.
Menurutnya, langkah lelang jaminan kredit dalam mengatasi NPL merupakan langkah terakhir. Pada dasarnya BPR sudah melakukan langkah persuasif dengan somasi 1, 2, 3.
Ia menegaskan, transaksi kresit BPR hampir 80 persen dijaga dengan hubungan baik. Langkah lelang jaminan kredit dilakukan ketika langkah persuasif ini mengalami kendala. (kup)