Denpasar (Bisnis Bali)- Hari Deepavali yang dikenali sebagai pesta cahaya, merupakan perayaan yang disambut oleh semua penganut Hindu di dunia. Yang identik dengan perayaan Deepavali adalah, pelita akan dipasang berjejer di rumah penganut Hindu yang melambangkan kejayaan kebaikan mengatasi kajahatan.
Tradisi menyalakan cahaya di Hari Deepavali ini, ternyata membawa imbas pada penjualan “jotir”, yaitu minyak berwarna merah yang digunakan untuk menyalakan pelita. Pemilik toko Media Hindu di Jalan Kenyeri Denpasar, Nyoman Wijana mengatakan, permintaan jotir menjelang perayaan Deepavali mengalami peningkatan 20% dibandingkan hari biasa. Jotir dibutuhkan untuk menyalakan pelita, bagi umat Hindu. ‘’Umat Hindu menyalakan pelita dengan menggunakan jotir. Berbeda dengan tradisi umat Kristiani yang menyalakan pelita menggunakan lilin,” tukasnya.
Minyak jotir berbeda dari minyak biasa, yang terlihat mencolok adalah dari segi warna yaitu berwarna merah. Harga jotir berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu tergantung ukurannya. “Deepavali merupakan kesadaran akan cahaya, yang mengatasi segala kegelapan, menyedarkan individu akan sifat sejati dirinya, bukan dalam bentuk jasmani. Sebaliknya dalam kenyataan yang abadi, tidak terhingga dan unggul. Dengan menyalakan pelita tersebut, kita turut merayakan kemenangan kebaikan melawan kejahatan, kalau di Bali seperti halnya Hari Raya Galungan,” tandasnya.
Selain jotir yang banyak dicari saat Hari Deepavali adalah tempat menuangkan jotir. Ada banyak pilihan diantaranya, yang berbahan kuningan dan berbahan kaca. Untuk tempat jotir yang berbahan kuningan dipatok dari Rp 65 ribu hingga Rp 85 ribu, sedangkan yang berbahan kaca harga mulai Rp15 ribu. “Banyak orang lebih memilih memakai yang kuningan, karena lebih praktis tinggal tuangin minyaknya. Sedangkan yang berbahan kaca, harus membeli pelampungnya dan juga sumbunya jadi sedikit lebih ribet,” tukasnya. (pur)