Gianyar (Bisnis Bali)- Pencapaian inflasi yang rendah dan stabil di Kabupaten Gianyar dihadapkan berbagai tantangan yang perlu menjadi perhatian. Di antaranya sektor volatile, administered, maupun inti. Adapun penyumbang inflasi terbesar di Kabupaten Gianyar masih didominasi 5 komoditas, yaitu beras, daging ayam ras, telur ayam ras, daging babi, bawang merah.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dispanhan) Kabupaten Gianyar Gusti Ayu Dewi Hariani dalam rapat koordinasi upaya pengendalian harga di Kabupaten Gianyar yang bertempat di areal restoran Manisan, Kecamatan Ubud, Selasa (13/9) kemarin.
Dewi mengatakan, tingkat produksi komoditas pangan utama di Kabupaten Gianyar hingga Juni 2017, di antaranya mencakup beras dengan produksi 55.830 ton, kebutuhan efektif 34.270 ton, sehingga surplus beras 21.560 ton. Kemudian daging babi, sapi, ayam, kambing, itik diproduksi 5.452 ton, dengan kebutuhan efektif 5.220 ton, surplus 231 ton. Selanjutnya, telur ayam ras produksi 5.452 ton, kebutuhan rutin 5.220 ton, surplus 60 ton. Tingkat konsumsi ikan sebanyak 10,19 kg/kap, dengan target konsumsi 9,96 kg/kap, sehingga konsumsi ikan melampaui target sebesar 0,23 kg. Cabai produksi 198 ton, dengan kebutuhan 359 ton, jadi produksi cabai rawit defisit 161 ton. Terakhir penangkaran bawang merah seluas 1 Ha akan dikembangkan tahun 2018 di Subak Dangin Uma Desa Batubulan Kangin.
Lebih lanjut, Dewi mengatakan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Gianyar telah melakukan pemantauan harga komoditas setiap hari di tujuh pasar umum, guna mengetahui perkembangan harga pangan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan.
Hasilnya diketahui, suplai barang di pasaran lancar dan terjadi kenaikan harga, tetapi dalam batas wajar, kecuali harga cabai Januari hingga Maret 2017 masih sangat tinggi, berkisar antara Rp 10 ribu-120 ribu. “Tingginya harga tersebut disebabkan minimnya pasokan akibat gagal panen,” jelas mantan Staf Ahli Bupati tersebut.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan dana Rp 5 triliun untuk kebutuhan pangan, barang dan jasa di Provinsi Bali. Menurut dia, inflasi yang paling relevan, idealnya berkisar di angka 4,91 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gianyar selalu menunjukkan pertumbuhan yang sangat positif dengan angka di atas 6 persen. ”Poin pentingnya, jangan sampai tingkat inflasi sejajar dengan pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.
Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata mengajak seluruh pihak untuk tidak menganggap inflasi sebagai angin lalu. Sebab, mau tidak mau, tingginya inflasi akan membawa efek negatif pada masyarakat Gianyar. Banyak tantangan terjadi, baik eksternal maupun internal, diantaranya cuaca, iklim, demand, dan ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah masih tergolong tinggi.
“Bicara pangan, kita tidak bisa menafikan peran dari petani dan peternak. Untuk itu, kita benar-benar harus memotivasi mereka agar tetap bergairah dalam produksi pangan. Tekad kami, petani Gianyar bisa hidup dengan bertani tanpa risau akan hal lainnya. Kepada TPID, saya harapkan peran aktif, dan selalu mengambil langkah antisipasi, memastikan stok kebutuhan pangan tercukupi,” kata Agung Bharata. (kup)