PATOKAN suku bunga kredit yang disalurkan sejumlah perbankan nasional, dinilai AA Ngurah Alit Wiraputra masih terlalu tinggi. Hal itu yang kemudian memberi andil bagi lambatnya pertumbuhan ekonomi, mengingat tingginya risiko bisnis di tengah kelesuan ekonomi saat ini.
“Di negara lain, suku bunga yang dipatok kalangan perbankan hanya di kisaran 2-4 persen, sedangkan di negara kita jauh melebihi angka tersebut,” kata Ketua Kadin Bali ini.
Ia menerangkan, sebenarnya untuk menggerakkan perekonomian di Bali adalah adanya kepastian pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha. Terkait hal tersebut, upayanya adalah dengan menurunkan suku bunga kredit, dan paling penting lagi adalah menciptakan lapangan pekerjaan.
Menurut pria berpenampilan energik ini, terkait suku bunga Kadin Indonesia sebenarnya juga sudah membuat usulan kepada pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan Kemenko Perekonomian terkait suku bunga yang ideal untuk pengusaha, yakni berada di kisaran 6-7 persen. Namun, usulan tersebut belum terealisasi karena ada indikasi perbankan nasional selalu ingin untung. Seharusnya, di tengah kondisi ekonomi yang lesu telah mengakibatkan sejumlah pelaku usaha dalam kondisi merugi, kalangan perbankan harusnya juga ikut merasakan hal yang sama.
“Namun kenyataanya terbalik, ekonomi lesu perbankan tetap untung, sedangkan pengusaha tetap merugi. Ini sangat tidak fair,” ujarnya.
Ia menambahkan, di tengah kondisi ekonomi yang lesu ini, kebijakan pemerintah dan perbankan terkait pajak dan suku bunga ini sangat diharapkan, khususnya di Bali. Pasalnya, untuk berharap dari sektor lain sebagai penggerak perekonomian dampaknya sangat kecil. Contohnya, realisasi APBN, maupun APBD untuk infrastruktur di Pulau Dewata sangat kecil. Begitu pula di sisi sektor pariwisata dengan kunjungan wisatawan yang bertambah, namun pendapatan di sektor pariwisata justru menurun dan devisa yang dihasilkan juga tidak signifikan sekarang ini. (man)