Denpasar (Bisnis Bali) – Perlu anggaran besar, pengoperasian angkutan umum Trans Sarbagita akan dirasionalisasi. Untuk itu Kepala UPT Trans Sarbagita, Drs. I Nyoman Sunarya, M.Si. memaparkan pihaknya akan melakukan berbagai efisiensi, namun tidak mengurangi layanan terhadap masyarakat.
Angkutan umum Trans Sarbagita yang diluncurkan 17 Agustus 2011, hingga kini belum dapat berjalan optimal. Hal ini menurut I Nyoman Sunarya akibat dari 17 koridor yang dicanangkan baru 5 koridor saja yang beroperasi, sehingga tidak adanya konektivitas membuat angkutan massal ini minim peminat. “Hasil evaluasi angkutan umum Trans Sarbagita memang belum optimal, meski demikian dari tahun ke tahun jumlah penumpang terus mengalami peningkatan. Yang secara otomatis berimbas pada berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi,” tukasnya.
Hingga saat ini Pemerintah Provinsi Bali masih memberikan subsidi yaitu 70% dari total biaya. Subsidi yang dikeluarkan Pemprov Bali dari 2014 terus menurun dari Rp 8 miliar lebih menjadi Rp 7 miliar lebih pada 2015 dan Rp 6 miliar lebih pada 2016. Pendapat terus meningkat dari Rp 2,6 miliar lebih di 2014 naik Rp 2,6 miliar lebih pada 2015 dan Rp 2,7 miliar lebih pada 2016. “Ini mengindikasikan minat masyarakat terhadap Trans Sarbagita terus meningkat. Meski demikian, kami memang terus berupaya untuk melakukan efisiensi di berbagai bidang,” tandasnya.
Banyak orang mengatakan bus Trans Sarbagita selalu kosong, padahal dari load factor sudah mencapai target yaitu 30 persen. “Mungkin yang orang lihat itu pas buka jam sibuk. Ini memang menjadi evaluasi kami juga, sehingga rencana kami diluar jam sibuk 06.30-10.00 Wita pengoperasian bus akan dikurangi,” tuturnya.
Pihaknya mengelola dua koridor yaitu koridor 1 rute Kota – GWK dan koridor 2 rute batubulan – Nusa dua. Tiga koridor lainnya dikelola oleh Damri.
Ditambahkan dari hasil evaluasi 2015 terjadi pengurangan pengangguran kendaraan pribadi 521.404 kendaraan meliputi 125.283 mobil dan 296.124 motor. Dengan asumsi ocoupancy rate 2 orang. “Jadi sebenarnya tujuan penurunan penggunaan kendaraan pribadi sudah terjadi, meski perlu terus ditingkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan angkutan umum,” tukasnya.
Selain itu juga terjadi efisiensi penggunaan BBM untuk kedua koridor dari tahun ke tahun. Pada 2015 tercatat efisiensi 652.850 liter atau Rp 6,4 miliar lebih.
Untuk lebih mengoptimalkan penggunaan bus Trans Sarbagita, Sunarya mengatakan memang dibutuhkan perda pendukung. “Seperti di Jakarta ada perda 3in 1, dan sejumlah perda lainnya yang menggiring masyarakat untuk beralih ke angkutan umum yang sangat nyaman dan aman ini,” tandasnya. (pur)