Gianyar (Bisnis Bali) – Tantangan terbesar bagi industri BPR saat ini adalah persaingan yang makin ketat dengan bank umum dan lembaga keuangan lainnya yang akhir-akhir ini makin membanjiri pasar keuangan mikro dan kecil. Direktur Utama BPR Kanti, Made Arya Amitaba, Selasa (8/8) mengatakan, menyikapi perlambatan ekonomi 2017 bank perkreditan rakyat (BPR) harus mampu memposisikan diri sebagai community bank.
Ia mengungkapkan, community bank ini BPR mampu menyediakan layanan dan kebutuhan sesuai kultur masyarakat setempat. Akibat ketatnya persaingan dengan lembaga keuangan lain, pelaku industri BPR mesti memacu diri untuk meningkatkan kapasitas dan pelayanan yang lebih baik. “Berbagai cara dapat dilakukan salah satunya mereposisikan BPR sebagai community bank,” katanya.
Ia mencontohkan, BPR Kanti mengalami pertumbuhan yang cukup baik dan kredit tumbuh 23 persen, dan DPK tumbuh 30 persen. Di tengah lesu perekonomian, BPR Kanti tumbuh jauh di atas 20 presen tentu didasarkan strategi yang jitu.
Dipaparkannya, pertumbuhan DPK, kredit dan aset ini bisa dilakukan karena BPR bisa melakukan community bank. BPR masuk ke masyarakat.
Lebih lanjut dikatakannya, BPR dituntut mengenal budaya masyarakat Bali. Ini termasuk adat istiadatnya. Dengan paham akan kebudayaannya, BPR bisa mudah masuk mendekati para nasabah.
Menurutnya, jumlah BPR yang banyak memudahkan BPR menyebar ke seluruh pelosok wilayah di Bali. (kup)