Singaraja (Bisnis Bali) – Dari tahun ke tahun, penyelenggaraan Buleleng Festival (Bulfest) selalu menampilkan kesenian baik modern maupun tradisional. Hal ini menandakan Pemkab Buleleng sangat peduli terhadap seni dan budaya yang ada di Buleleng.
Selain itu, banyaknya kesenian tradisional dan modern disuguhkan selama 5 hari berturut-turut di semua zona yang ditetapkan panitia mampu mengundang decak kagum warga masyarakat yang berkunjung tidak terkecuali wisatawan mancanegara.
Tercatat, ada sebanyak 76 sekeha atau sanggar seni dilibatkan dalam pementasan. Sebanyak 20 sekeha di antaranya sekeha baleganjur yang tampil pada pembukaan, serta sepuluh sekeha lainnya ialah sekeha ngoncang yang juga tampil saat pembukaan. Buleleng Festival juga menghadirkan beberapa kesenian tua. Seperti Janger Menyali yang notabene kesenian hasil rekonstruksi, drama gong, hingga gambuh. Ada pula beberapa seni yang bersifat eksperimental, seperti kolaborasi antara wayang dengan bondres yang dilakukan oleh Dalang Sembroli, serta kolaborasi kesenian genjek dengan bondres yang dirancang oleh Bondres Rare Kual.
Bukan hanya itu, Bulfest juga menyuguhkan berbagai macam kuliner khas Kabupaten Buleleng. Mulai dari belayag, siobak hingga makanan tradisional yang dimiliki dari berbagai macam kecamatan yang ada di Buleleng. Hal ini juga merupakan kiat Pemkab Buleleng untuk melestarikan kuliner khas Buleleng. Usaha ini tampak berhasil dengan ramainya pengunjung yang selalu memenuhi stan kuliner yang terdapat di Bulfest tahun 2017.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Putu Tastra Wijaya mengatakan, Buleleng Festival terbukti menjadi wahana yang sangat dinanti oleh para seniman untuk membuktikan kemampuannya. Tastra menyebut ada banyak kejutan dan harapan yang terungkap sepanjang pelaksanaan Bulfest 2017.
Selain itu, Tastra juga mengklaim bahwa Bulfest 2017 memberikan multiplier effect yang cukup besar. Terbukti ada 181 stan pameran, 133 stan kuliner, dan 240 pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Ngurah Rai yang turut kecipratan dampak dari Buleleng Festival. “Khusus untuk stan kaki lima, berhasil berjualan dengan nilai Rp 960 juta, stan UMKM dengan nominal Rp 851 juta, dan stan kuliner senilai Rp 665 juta. “Total transaksi sebanyak Rp 2,4 miliar,” kata Tastra.
Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng, dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG., mengungkapkan, animo masyarakat begitu besar untuk hadir dan berpartisipasi dalam Bulfest. Transaksi ekonomi di arena Bulfest juga memberikan dampak yang cukup besar. Terbukti transaksi selama Bulfest 2017 tahun ini mengalami peningkatan dua kali lipat, jika dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 1,2 miliar.
Sutjidra memastikan Buleleng Festival akan kembali dilangsungkan tahun 2018 mendatang dan dirancang lebih meriah lagi. “Tahun depan, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana sudah merancang Bulfest dilaksanakan selama tujuh hari. Semoga ikhtiar mengembangkan kesenian ini bisa terus terwujud agar seniman terus mengembangkan prestasi dan melakukan aktualisasi diri lewat seni,” tandas Sutjidra.
Dalam acara penutupan Bulfest 2017 yang ditutup oleh Wakil Bupati Buleleng, dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG., yang didampingi Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Sekkab Buleleng Dewa Ketut Puspaka, dan Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Putu Tastra Wijaya ditandai dengan pemukulan gong serta dilangsungkan juga penyerahan hadiah untuk para pemenang lomba yang diselenggarakan selama Bulfest berlangsung. (ira)