Denpasar (Bisnis Bali) – Pemerintah Provinsi Bali didesak untuk lebih serius lagi untuk menangani populasi sapi Bali, kondisi tersebut menyusul jumlah pemotongan sapi betina produktif di Bali dalam jumlah cukup tinggi mencapai 30-50 persen per tahun. Ironisnya, pemotongan tersebut diindikasikan dilakukan di 10 Rumah Potong Hewan (RPH) di Bali selama ini.
“Kami mendesak agar pemerintah secara serius menghadapi kenyataan itu. Sebab, angka tersebut yang merupakan hasil penelitian dua lembaga kredibel dan sangat mengancam keberadaan populasi sapi Bali nantinya,” tutur Ketua DPD HKTI Bali, Prof. Nyoman Suparta, Minggu (30/7).
Ia memperikan, bercermin dari data tersebut artinya hampir 54.000 ekor sapi Bali di potong di pulau dewata ini setiap tahunnya. Akuinya, memang ada banyak alasan mengapa peternak menjual sapi betina mereka untuk dipotong, demikian juga penjagalnya yang melakukan pemotongan terhadap sapi betina produktif ini.
Suparta yang juga mantan Ketua Pusat Kajian Sapi Bali Unud menjelaskan, pemerintah tidak boleh lambat bertindak, harus segera mencarikan solusinya dalam kaitannya untuk menjaga populasi sapi Bali. Katanya, upaya tersebut bisa dilakukan salah satunya melalui memberi perhatian serius kepada peternak, memberi subsidi sapi induk produktif, membuat data peta sapi induk, memberi penghargaan.
Sambungnya, upaya menjaga populasi sapi Bali juga bisa dilakukan dengan menjamin membeli anak sapi berkualitas dengan harga menguntungkan peternak, meningkatkan peran penyuluh atau pendamping, membantu penyediaan pakan tambahan konsentrat, menjamin ketersediaan lahan tanaman pakan ternak, teknologi integrasi tanaman dengan ternak, ketersediaan air, hingga penyediaan modal dengan tanpa atau bunga rendah di bawah 4 persen. (man)